Barangkali teladan paling dekat yang paling ikhlas dan mudah memaafkan kesalahan kita adalah anak-anak, apalagi di saat mereka berusia balita. Meskipun kita sudah memarahinya namun tetap saja ia selalu mendekat dan membuka tangannya untuk memeluk kita dengan penuh kasih dan cinta.
Seolah-olah lupa dengan perlakuan yang sudah kita lakukan padanya. Boleh jadi karena hati anak-anak masih bersih, suci, tak ada dendam. Hati yang bersih adalah kekuatan, salah satunya untuk memaafkan.
Memaafkan itu Melapangkan
Bagaimana perasaan kita ketika bertemu seseorang yang pernah berbuat salah dengan kita? Apakah masih kesal atau justru sudah memaafkan?
Bersyukurlah orang-orang yang sudah memahami pentingnya memaafkan. Betapa banyak orang yang ingin mudah memaafkan namun sulit melakukannya apalagi melupakan.
Hal ini tak lepas dari watak manusia. Bagi mereka dengan hasrat sempurna atau tipe melankolis memang sudah tersetiing sebagai seorang pemikir. Sehingga ia ingat betul bagaimana kejadian dulu begitu menyakitkan hatinya. Ia sangat ingat saat kejadian pakai baju apa, di mana, jam berapa, apa yang dikatakannya. Namun dibalik ini ia juga memiliki kelebihan, yakni teliti.
Beda lagi dengan hasrat bahagia atau tipe sanguinus mereka biasanya cepat memaafkan karena menganggap semua yang sudah terjadi ya sudah. Hal seperti itu tak semestinya berlarut-larut dalam pikiran. Namun dibalik kelebihannya tersebut mereka juga memiliki beban tersendiri dalam dirinya, yakni banjirnya kreativitas. Ide satu belum selesai, sudah datang ide yang lain. Bila ini tak teratasi juga bisa menjadi beban.
Aku tuh sebetulnya sudah memaafkan cuma nggak bisa melupakan. Hal seperti ini (tak bisa melupakan)merupakan sesuatu yang normal, apalagi bagi orang tipe melankolis yang apa-apa serba dipikirkan.
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kalian bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Dan hendaklah mereka memberi maaf dan berlapang dada. Apakah kalian tidak ingin Allah mengampuni kalian? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. An-Nur: 22).
Sungguh jelas ayat di atas bahwa Allah Swt tidak meminta kita untuk melupakan melainkan memaafkan dan berlapang dada. Sebetulnya tidak melupakan ini adalah anugerah agar kita dapat mengambil pelajaran dari hal tersebut.
Pengaruh Memaafkan pada Tubuh
Anatomi serabut saraf berjalan beriringan dengan pembuluh darah arteri dan vena serta menyusup berada di antara otot-otot. Kalau pembuluh-pembuluh tersebut membawa nutrisi dan oksigen, sementara saraf membawa pesan atau sinyal. Maka tak heran ketika pikiran kalut, saraf membawa sinyal tersebut ke seluruh tubuh, dan bisa menimbulkan berbagai keluhan fisik.
Ketika kita masih menyimpan kesal, dendam, maka saraf dan pembuluh-pembuluh tersebut terjepit di antara otot-otot yang menegang. Sebaliknya ketika kita memilih memaafkan, otot akan lebih rileks sehingga saraf dapat menyampaikan pesan bahwa kita sudah memaafkan dan pembuluh darah pun dapat menutrisi seluruh organ tubuh dengan baik.
Bagaimana agar bisa Memaafkan?
Betapa banyak keluhan fisik yang disebabkan karena pikiran. Tahu dari mana? Ada orang yang bolak-balik periksa ke dokter namun tak ditemukan kerusakan pada organ. Mengeluh sakit kepala lalu diberi obat sembuh dua minggu kemudian datang lagi dengan keluhan yang sama, sering berulang, namun saat diperiksa lebih lanjut semua fungsi organ baik.
Ada juga orang yang merasa banyak sekali keluhan fisik yang dirasakan di waktu yang bersamaan, mulai dari pegal-pegal, kepala pusing, tangan gatal, perut begah, dan sebagainya. Inilah yang dinamakan gangguan psikosomatis, penyakit yang diakibatkan oleh pikiran yang menyebabkan penderita merasa sakit tertentu padahal setelah diperiksa semua dalam kondisi normal.
Biasanya orang sulit memaafkan karena masih teringat jelas bagaimana sakitnya hati atas perlakuan yang pernah diterima. Rasa amarah, benci, dendam, kesal yang disimpan terlalu lama suatu saat dapat bermanifestasi menjadi keluhan fisik.
Tahapan Merelease Emosi Negatif
Agar tak menjadi keluhan fisik dan mengundang hal negatif yang sama yang pernah dialami, maka kita harus segera release dengan 3M, yaitu Mengakui, Minta diangkat dan istigfar, Mohon apa yang diinginkan.
Mengakui
Bagaimana cara mengakuiya? Menulis status di Facebookkah? Curhat dengan temankah? Atau bicara sendiri di depan cermin? Sebaik-baik cerita adalah kepada Allah Swt.
Saat berdoa selepas solat, mengakulah kepada Allah Swt atas segala yang kita rasakan. Misal kita merasa kesal dengan perbuatan seseorang, maka akuilah, bahwa kita kesal.
Pengakuan membuat otot yang tegang menjadi rileks. Sehingga saraf dan pembuluh dapat bekerja sesuai jobdesknya masing-masing. Namun karena saat pengakuan membawa pesan negatif, segera minta diangkat rasa tersebut.
Minta diangkat dan Istigfar
Ingat ucapan kita adalah energi. Ketika kita tadi membawa energi kesal segera minta diangkat oleh Allah. Bahaya kalau berhenti pada pase pengakuan karena pesan tersebut belum dihapus. Caranya meminta bisa seperti ini, Ya Allah tolong angkat rasa kesal ini”
Kemudian bagaimana menghapusnya? Selain minta diangkat, segera hapus dengan istigfar. Ucapan tayyibah ini atas izin Allah dapat menghapus emosi-emosi negatif kita tadi, dan keluar melalui ujung-ujung saraf. Maka sangat disarankan saat melakukannya sambil bernafas dalam dan rasakan energi negatif tersebut keluar melalui embusan nafas yang kita keluarkan melalui mulut.
Bagi orang melankolis, visualisasi ini penting karena ia tipe pemikir. Jadi bisa dengan membayangkan sebuah asap hitam yang membawa energi negatif atau bisa juga membayangkan berupa tulisan “kesal” yang keluar dari mulut.
Minta apa yang diinginkan
Setelah mengakui, minta diangkat dan dihapus dengan istigfar, selanjutnya adalah minta apa yang diinginkan. Misal, “Ya Allah, tolong damaikan dan lapangkan Hati ini.” Mintalah segala hal-hal baik pada Allah.
Ketika hati kesal, galau, cemas, sedih, marah, lakukanlah hal-hal di atas untuk merelease emosi negatif dan mengganti dengan emosi positif. Jangan lupa ucapkan apa yang kita inginkan terjadi pada kita bukan sebaliknya. Maka inilah pentingnya berkata baik.
Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.
(QS. AZ Zariyat:23)
Ilmu ini saya dapatkan saat mengikuti kajian Dr. Aisyah Dahlan, CHt dengan tema Reprogramming Subconscious Mind. Ini pula yang saya terapkan baik pada diri sendiri maupun anak.
Saya sendiri mulai membiasakan anak untuk merelease emosi negatifnya. Misal ketika dia sedang kesal, saya tuntun untuk melakukan hal-hal di atas. Alhamdulillah tidak lama kemudiam emosinya lebih stabil. Saya tanya, bagaimana rasanya, apa masih kesal? Biasa dia menjawab, tidak. Alhamdulillah.
Memaafkan adalah sikap yang luar biasa hebat. Meski berat di bibir dan di hati, namun memaafkan memiliki segudang manfaat bagi diri, yakni hati menjadi lapang, pikiran lebih tenang, dan mendapat ampunan Allah, insya Allah. Semoga kita menjadi pribadi yang mudah memaafkan.
3 Comments. Leave new
ih betul sekali sangat sulit apalagi kalau lht orang yg menyakitkan kita
Melapangkan hati juga ngefek ke fisik dan pikiran ya Mbak. Emang musti belajar deh 3M ini ya Mengakui, Minta Diangkat dan Minta apa yang diinginkan. Nice share Mbak
Nah, kalau tipe saya melankolis-sanguinis Mbak. Jadi memang ada 2 sisi yang bertolak belakang. Hihi