Bismillah walhamdulillah sungguh nikmat dari Allah, saya dan suami berkesempatan menjalankan ibadah haji di tahun 2023 ini. Sebetulnya kami sudah mendapatkan jadwal berangkat tahun 2020, namun qadarallah kepending pandemi 3 tahun. Jadi tahun 2020 hajian ditutup, tahun 2021 hajian khusus untuk warga lokal Arab Saudi, tahun 2022 ada pembatasan kuota 50%, Alhamdulillah penantian itu datang di tahun 2023 ini.
![]() |
Foto hanya pemanis, hehe… Kegiatan manasik di R Hotel Rancamaya |
Kalau orang bilang haji itu ibadah fisik, iya banget, mental betul sekali, spiritual pastinya, finansial pun tentunya. Namun jauh sebelum keberangkatan kami di tahun 2023 ini, justru aku merasa proses “pembersihan jiwa” itu sudah berlangsung sejak setahun sebelumnya
Cerita sakit gigi ini gak sederhana, prosesnya berlangsung terus menerus sampai kira-kira 4 bulan, hampir tiap minggu bolak-balik. Awalnya gigi premolarku itu berlubang, kecil sih tapi dalam. Sudah ditambal masih sakit ternyata harus dibongkar karena sudah mengenai saraf, jadilah perawatan akar saraf.
Kemudian gigi sisi seberangnya juga sama posisi lubangnya di antara gigi depan dan belakangnya otomatis harus ditambal 2 gigi sekaligus. Dan proses ini semua lamaaaa banget. Dalam hati aku bersyukur tidak berangkat di tahun 2022, karena kalau berangkat mungkin aku gak akan khusyuk karena sakit gigi.
Setelah kira-kira 4 bulan dengan tiap Minggu aku bolak balik klinik gigi, Alhamdulillah akhirnya selesai (menurutkuuuu). Ternyata seminggu kemudian tiba-tiba aku merasa perutku sakit banget, sepeti kram.
Sakit perut ini membuat badan aku kaya terasa capek, lelah, bahkan untuk jalan aja sulit. Aku jadi mulai kepikiran kan gimana nanti saat hajian. Gak tau sebabnya apa, aku mulai memperbaiki pola makanku aja, minum madu, kurma ajwa, air zamazam. Pokoknya natural remedi dan terus berdoa minta kesembuhan pada Allah. Apakah gak berobat ke dokter? Ohiya aku berobat juga ke dr. Sp KGEH. Katanya itu dari pikiran aku, kurangi baca buku. Makan yang enak-enak aja.
Lalu pikirku kalau ini karena pikiran terus untuk apa obat-obat yang aku terima. Aku sempat coba sekali, Allahu Akbar… Rasanya ngantuuuuukk banget. Aku ngerasa kayanya gakbisa deh begini. Aku prefer terapi dengan Al Qur’an aja dan natural remedi sambil memperbaiki pola makan dan pola pikirku.
Belum begitu baik perutku, tiba-tiba gigi gerahamku yang kanan bawah pecah saat makan. Ternyata pecahnya itu besar banget sampai-sampai sudah Konsul ke drg. SpKG juga tidak disarankan untuk ditambal melainkan dicabut. Allahu Akbar.
Pikirku perut aja belum beres banget aku harus menghadapi cabut gigi geraham dan pastinya pakai antibiotik. Bismillah mau gak mau kan ya memang harus dijalani. Alhamdulillah permasalahan gigi selesai di sekitar bulan November.
Dalam hati masih ada waktu beberapa bulan untuk memperbaiki fisik aku untuk menjalani shaum Ramadhan dan hajian tentunya. Kondisi perut sebetulnya masih kurang nyaman karena pasca antibiotik mungkin ya. Sampai kemudian aku yakin gak ada yang kebetulan, ada teman yang menyarankan konsumsi probiotik siklus untuk membantu kesehatan pencernaanku.
Alhamdulillah sejak itu kondisi perut dan pencernaanku rasanya makin membaik. Sedikit-sedikit sudah bisa berjalan lebih jauh dan lebih cepat. Pup aku pun mulai normal hampir setiap hari paling lama 2 hari sekali. Gak pakai keras dan bentuknya cakep, hehe… Alhamdulillah ya Rabb…
Sampai suatu ketika di bulan februari akhir, aku minta ke suamiku untuk mencari booster vaksin dosis 3 yang halal. Karena di masa itu aku merasa kondisi pencernaanku sudah lebih baik dan supaya gak terlalu mepet dengan jadwal vaksin dr travel yang saat itu aku belum tau kapan. Jadi pikirku biar gak terlalu berdekatan jaraknya, jaga-jaga kalau ada KIPI.
Alhamdulillah begitu suami nanya ke adik yang kerja di puskesmas ternyata lagi ada vaksin Zifivax. Ya sudah pagi itu juga kami berangkat, dan siang sudah beres. Masya Allah aku merasa kemudahan itu mulai datang. Begitu cepat prosesnya. Pun saat di puskesmas gak pakai ribet.
Aku selalu berdoa minta pada Allah kemudahan, termasuk jadwal haid aku. Saat itu di bulan Ramadhan aku dan suami mendapat jadwal medical check up dr travel pada 1 April 2023 kalau gak salah. Aku awalnya sudah bingung gimana ya kalau medical check up saat puasa, apa batal aja atau gimana. Karena kondisi perut aku rasanya kaya masih kurang nyaman apalagi puasa dan harus ambil darah, divaksin juga.
Ternyata Allah datangkan mens aku lebih cepat dari jadwal seharusnya sehingga pada saatnya medical check up itu sudah hari ke 4. Memang tetap harus puasa tapi setidaknya kalau sedang haid bisa segera dibatalkan setelah pemeriksaan selesai, gak harus nunggu magrib. Sungguh ini kemudahan kedua dari Allah SWT yang kurasakan di luar kemudahan-kemudahan lain pastinya yang karena kelemahanku tak kusadari.
Mulai vaksin zifivax, mens aku mulai berantakan jadwalnya. Aku terus minta sama Allah, tolong gimana caranya supaya saat inti ibadah haji aku tidak haid, karena aku gak mau minum obat penunda haid. Aku sudah berazzam pokoknya tanggal berapapun pasti itu yang terbaik dari Allah.
Jadi bulan-bulan tersebut jadwal haidku kacau banget majunya banyak, kalau mundur mundurnya banyak, betul-betul gak bisa diprediksi. Di sini rasanya makin bergantung pada Allah. Alhamdulillah hingga kemudian di bulan Juni aku mens tanggal 3. Pikirku insya Allah aman kalau bulan depan maju atau mundur dikit.
Banyak orang mungkin berfikir memang gak sayang sudah jauh-jauh ke Baitullah kok haid? Kalau aku berpikirnya, haid adalah ketentuan Allah, bahkan nikmat bagi kita kaum hawa. Bagaimana gak nikmat, saat haid justru ibadah-ibadah yang biasa kita rutinkan tetap dicatat sempurna sebagaimana masa suci kita. Enak kan?! Tanpa berlelah-lelah Allah tetapkan pahala, waktu solatnya bisa kita ganti dengan tambahan amal ibadah seperti dzikir, berdoa, dan lainnya.
Kalau orang bertanya bagaimana rasanya mau berangkat haji? Humm, jelas mix feeling banget tapi aku gak mau yang terlalu menjadi beban pikiran. Aku sendiri menyadari aku butuh lebih relaksasi agar perjalanan ibadah ini nyaman dan lancar, sehat fisik dan mental. Maklum hampir setahun kemarin aku fokus pada perbaikan kesehatan fisikku.
Begitupun mengenai anak. Ia memang sedih banget. Tapi aku gak mau yang menuruti emosinya untuk bersedih-sedih. Bukan aku gak sedih, kalau diikutin mungkin aku bisa lebih nangis Bombay dan aku khawatir justru menghambat ibadah aku, fisik aku, jadi gak fokus, rasa berat melangkah, dan sebagainya.
Justru aku berusaha di depannya memasang wajah ceria, penuh optimisme agar anakku gak berlarut-larut dalam sedihnya. Dalam doa selalu ku mohon pada Allah. Aku titipkan anakku padaNya, pada Rabb yang Maha Memelihara, Maha Menjaga Keamanan, Maha Pengasih, Maha Penyayang. Alhamdulillah meski ia kalau menelpon selalu menangis bilang kangen, sayang bunda ayah, tapi Allah menjaganya dalam keadaan sehat walAfiat, dalam rezeki yang gak putus-putus, perhatian dari keluarga, dan banyak lainnya. Masya Allah tabarakallah…
Sungguh nikmatnya perjalanan menuju ibadah haji ini rasanya sudah kurasakan setahun sebelum keberangkatan. Semoga Allah karuniakan kepada kita semua hidayah dan Taufik atau kekuatan untuk melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan. Semoga teman-teman semuanya juga dimudahkan Allah dalam perjalanan ibadahnya baik umroh maupun hajinya. Aamiin
Part 2 {bersambung}