pertanyaan itu tidak harus dijawab.
dipertanyakan.
Suatu hari ada seorang siswa yang sedang mempresentasikan karya ilmiahnya.
Karena topiknya cukup menarik, ada salah satu kawannya yang bertanya dan bisa
dijawab dengan baik oleh presentan. Sayangnya, makin lama pertanyaannya makin
mengusik, presentan pun mulai bingung hingga sang penilai melihat seolah
presentan ternyata tidak cukup memahami isi tulisannya sendiri. Akhirnya,
presentan yang awalnya tampil memukau ternyata mendapat nilai tidak lebih dari
C karena dianggap tidak menguasai materi yang dibawanya. Kejadian itu hanya
ilustrasi, tapi kadang ada orang “pintar” seperti si penanya ini.
Orang pintar memang tahu harus bertanya apa, tapi orang bijak tahu apakah itu
perlu dipertanyakan atau tidak.
Dalam kasus tadi, jika si kawan memang ingin mengetahui lebih dalam setidaknya
ia bisa menunggu hingga presentasi itu selesai dan silakan tanyakan lebih jauh
di belakang layar.
Mempertanyakan hal yang tepat di saat yang tidak tepat justru malah
memperlihatkan siapa diri kita sebenarnya? Pencari mukakah? Si pintar yang
kurang etikakah? Atau sukses dicap sebagai orang cerdas yang tanpa sadar dengan
menjatuhkan yang lain?
Meninggilah tanpa merendahkan, sukseslah tanpa menghina, kritiklah tanpa
mempermalukan.
Termasuk bertanya hal-hal yang kadang kita sama-sama tidak tahu jawabannya.
Kapan nikah? Kapan punya anak? Kapan lulus? Iya, sebagian mahasiswa, ‘kapan
lulus’ adalah pertanyaan paling sensitif sedunia. Lebaynya sih begitu. Termasuk
bertanya ‘kapan bisa bayar hutang?’ tapi nanyanya di depan umum.
Ya, bagi sebagian orang pertanyaan ringan dan tampak sepele justru bisa menjadi
masalah. Ada orang-orang yang enggak suka ditanya “kok kurusan sih?
Kurang makan?” “Kok gemukan sih? Makan mulu ya?” Plisss, masih
banyak pertanyaan lain atau cheap talk lainnya yang bisa kita sampaikan.
Kecuali mungkin kalau pertanyaan itu dilontarkan oleh mereka yang sudah sangat
dekatnya dan itupun bukan dengan menanyakan keras-keras di depan banyak orang.
Saya pun punya satu momok pertanyaan, yang bisa dibilang “malesin
banget” kalau ada orang baru kenal terus nanya-nanya begitu dan nanyanya
gak lihat tempat. Pliis jangan nanya hal pribadi di depan umum. Itu menyakitkan
kawan!
Baca juga Give More Expect Less
mengulas tentang cuaca yang panas, jalanan yang macet, atau misalnya lagi
makan bareng kita bisa awali dengan rasa, penyajian, hingga seragam pegawainya.
Sebetulnya banyak kok yang bisa kita bicarakan selain hal-hal pribadi.
Kecuali ya tadi kalau yang kamu ajak bicara udah sohib banget dan sudah saling
mengerti satu sama lain, itu sih lain cerita. Intinya jangan sampai, hanya
karena satu kalimat pertanyaan, hubungan persaudaraan, persahabatan, pertemanan
malah jadi renggang. Satu lagi, jangan baperan, soalnya susah juga kalau orang
udah berusaha netral tapi dari kitanya yang masalah.
15 Comments. Leave new
wah … jadi men
Jadi mengingat ketika presntasi zaman kuliah dan bagian penanya yang manakah aku?
Jadi yang bijak ini mah mba Ningsih.. 🙂
Orang bijak lah yang tahu apakah sesuatu itu patut dipertanyakan atau tidak…bener banget, kadang orang nanya nggak pada tempatnya..kelihatan sepele sih, tapi buat kita nyebelin..kwkwkw..
Saya sering malas jawab kalo ditanya, memang nulis-nulis status, ngeblog gitu dapat duit ya? berapa? ..(kali dijawab : mau tau aja, atau mau tau banget hahaha…:D)
Hahaha iyes mba… Sini nyemplung nulis bareng kita.
Kadang menemukan yang sepertu itu mbak. Mungkin maksudnya hanya beramah-tamah, tapi bagi yang mendapat pertanyaan bisa dalem banget sakitnya.
Iya mba, kadang cuma nyari topik sih. Bingung juga mungkin mau nanya apa, eh tapi yang keluar malah si pertanyaan momok buat kita..
Setuju banget sama tulisannya mbak. Kadang hal sepele yang ditanyakan justru membuat nggak nyaman.
Hooh mba Gies, padahal nanyanya gitu doang, tapi jawabannya yang butuh penjelasan panjang,makanya itu yang bikin males jawab. Kecuali sama temen deket yes.
Saya termasuk banyak tanya… Tapi sblm itu biasanya saya search dulu kalo sdh mentok nanya mpe ktmu jawabny
Rajin bertanya agar eksis..
Euugh …
Ada yg nanya tpi sbnrnya u mnjtuhkn bikin ngelus dada mba..
Kadang bertanya juga bisa untuk mengetes. Apalagi kalau yang presentasinya adalah pesaing. Hihihi, jadi ingat jaman dulu saking nyebelinnya tuh teman, dikasih saja pertanyaan yang dia sulit jawab. Padahal gak boleh gitu ya.
waahh, biasanya saya jika baru kenal dengan orang selalu memulai percakapan dengan sebuah kalimat tanya, trus jika yang diajak ngobrol merespon saya lebih cenrung jadi penyimak setia, waah ternyata itu nggak baik juga ya makk
Kalau nemuin orang macam itu, memang harus ngelus dada ya…
Seanadainya dia lebih peka. Kalau tidak semua harus ditanyakan. Apalagi hal-hal yang sensitif.