Saat kecil aku pernah punya pengalaman kurang mengenakkan dengan kucing. Sejak saat itu aku sudah fobia dengan kucing. Namun sejak satu tahun yang lalu, tiba- tiba saja ada kucing kampung yang datang ke rumah dan gayung bersambut dengan Aline. Aku pun gak menyangka reaksiku yang suka lebay takutnya terhadap kucing tidak menurun kepada anakku Aline. Bahkan Aline ini gemar mengejekku dengan si kucing ini. Katanya “mamah lucu”, atau misalnya saat aku takut ke dapur karena ada kucing, Aline ini yang paling depan menuntunku sambil bilang “Aline kan gak takut kucing”. Lama-kelamaan entah kenapa anak ini ko suka sama kucing kampung ini dan fobiaku pun terhadap kucing perlahan memudar. Pernah kami mencoba membuang kucing tersebut tapi dia selalu balik lagi. Akhirnya karena capek kamipun membiarkannya berada di rumah kami.
Karena sudah lama kucing tersebut di rumah kami, aku beri nama saja Maisy. Awalnya dari kata mess, messed up. Tapi semakin lama kucing ini di sini, hatikupun semakin terenyuh. Kucing ini gak banyak tingkah, gak nakal juga. Dia juga cukup cantik menurutku. Suatu ketika si Mesi ini hamil, perutnya besar sekali, pergerakannya pun jadi kurang lincah. Tibalah hingga masa dia melahirkan. Suatu pagi ketubannya berceceran di kamar si mbak. Kami akhirnya taruh dia di rumah sebelah yang kosong, diapun nurut.
Kira-kira pukul 11.00 siang ia melahirkan empat ekor anak. Namun sayangnya setiap hari anaknya selalu ada saja yang meninggal. Entah karena hipotermi, atau karena saling tindih menindih dengan saudaranya, atau karena dehidrasi karena si emaknya ini alias Mesi, sering meninggalkan anaknya sementara dia sendiri ada di rumah kami.
Setelah kepergian semua anaknya, dia kelihatan sangat depresi selalu mengendus kardus mungkin berharap ada anaknya di sana. Aah aku makin sedih, kasihan melihatnya. Sejak saat itu dia ga nafsu makan, tubuhnya makin kurus. Bahkan si mbak bilang mungkin mau “menyusul” anaknya. Karena dia ga nafsu makan akhirnya aku membelikan dia whiskas, ternyata dia doyan dan lahap banget makannya. Tubuhnya mulai gempal, kumisnya makin panjang, matanya makin bening, aah pokoknya dia cantik sekarang. Hingga tibalah musim kawin akhirnya ia pun hamil lagi.
Di kehamilan ini aku juga merasa ko perutnya ga sebesar dulu ya.. Tapi kenapa sudah keluar air ketuban lagi. Dia pun mulai mencari-cari tempat untuk melahirkan, namun kita sih berharap dia lahiran di tempat lain aja pliiis,, tapi sayangnya rumah sebelah yang kosong sudah diruntuhkan. Mungkin sebagai ibu instingnya pun berjalan, bagaimana dengan keselamatan bayinya. Dia pasti takut banget kalo di ruang terbuka tanpa atap mungkin ada resiko hipotermi, atau ancaman dari tikus got. Aah akupun ga tega ngelihat dia diusir sana sini saat kontraksi seperti itu. Akhirnya karena capek yasudah kita biarkan saja, pikir kita mungkin dia belum mau melahirkan, karena masih bisa melawan.
Keesokan paginya kami mendengar suara “ngiik” “ngiik” Alhamdulillah ternyata Mesi sudah lahiran. Tapiiiiiii ko anaknya cuma satu yaa… Ko perutnya Mesi masih gendut yaa… Ada apa yaaa…
Sebagai orang awam yang hanya mampu beriba, kami fikir mungkin memang masih ada anaknya, tapi mungkin nanti dia akan melahirkannya lagi karena dia sering meninggalkan anaknya sendirian, mungkin dia sedang mencari tempat yang nyaman untuk melahirkan. Ohya kelahiran anaknya Mesi ini bertepatan dengan hari ulang tahunnya yayi (baca : eyang putri) nya Aline.
Jadi kami dapat dengan mudah mengingat usia bayi kucing ini. Satu, dua, tiga, empat hari berlalu perut Mesi tetap besar, bulu kuduknya berdiri, dia pun sering meninggalkan anaknya dan berdiam diri tampak lemas, dan kami melihat banyak bercak darah di lantai dan asumsi kami itu adalah darah Mesi. Saat itu juga aku bilang dengan papap, sepertinya Mesi pendarahan. Si papap pun bingung harus berbuat apa, apa iya mau dibawa ke dokter hewan? Yakin? Pakai apa? Alhamdulillah saat itu ada mbak Desi. Mba Desi ini dulunya sering pelihara kucing sehingga ia ga pake takut deh kalo ngadepin Mesi.
Setelah dipertimbangkan baiklah kita (papap dan mba Desi) bawa ke klinik hewan, Alit Vet di lebak bulus. Papappun menelponku mengabarkan bahwa Mesi harus dioperasi. Apaaaaa???? Kenapa? Yaa si papap bilang masih ada anak di dalam tubuh mesi dan ini harus dikeluarkan. Ini sudah terlalu lama seharusnya 24 jam belum lahir lagi langsung dibawa, tapi apalah kami kan orang awam terhadap binatang ga paham akan hal ini. Kondisi Mesipun saat itu sudah dingin, darah yang keluar sudah tidak bagus, warnanya oranye seperti tanah. Mesi akan dibawa ke klinik yang lebih besar di Bintaro, biaya estimasinya 1.6juta sudah termasuk operasi dan perawatan selama 5 hari. Entahlah harga yang wajar atau kemahalan, aku sih cuma merasa kasihan aja dengan Mesi.
Alit vet ini menawarkan apakah anaknya mau dirawat juga agar bisa mimi mamahnya, namun kami pikir ga usah deh biar kami coba rawat sendiri saja. Sore hari kami mendapat laporan bahwa Mesi telah dioperasi dan masih ada empat anaknya di dalam perutnya, namun sayangnya mereka cacat, perkembangannya tidak bagus, dan tidak bisa diselamatkan. Baiklah Allah knows best. Sekarang Mesi sedang diinfus karena dia sempat dehidrasi katanya. Dan seketika itu juga kami berfikir jangan-jangan bayi kucing ini juga buta. Sudah 5 hari berlalu tapi matanya belum membuka. Ya ampuuun kasihan sekali. Dalam keadaan tak berdaya, tanpa ibunya di sisinya, diapun tidak bisa melihat.
Dan hari inipun pengalaman baru bagi kami memberikan susu ke bayi kucing dengan sendok. Dan di keluarga kami hanya yayi yang mampu melakukannya. Di siang hari bersyukur ada mba Desi yang juga sempat membantu menyusukan. Terima kasih semuanya. Bagaimana perkembangan Mesi selanjutnya kita tunggu kabarnya besok ya..
“Menulis bagiku adalah berbagi dengan cara menuangkan rasa yang ada. Rasa yang tercipta dalam dada, dalam penglihatan, dalam pendengaran, dalam penciuman, dalam sentuhan. Dengan membaca kamu menjadi tahu akan dunia, tapi dengan menulis kamu akan dikenal dunia”