Suatu sore menjelang magrib seekor induk ayam beserta 8 anaknya akan pulang ke rumahnya. Satu di antara anaknya ada yang cacat sebut saja namanya chiki. Chiki ini anak ayam yang terlahir buta, walaupun buta ia sangat dermawan. Kalau sedang berjalan-jalan Chiki sering tertinggal bahkan kerap kali tersasar. Induknya sudah menasihati agar tidak lepas dari barisan.
Di tengah jalan ada seekor musang yang mengincar Si Chiki. Si Musang ini pandai sekali bermain kata-kata. Ia hendak menipu si Chiki. Sang musang berkata bahwa ia sedang kesusahan, ia membutuhkan bantuannya, imbalannya ia akan membuat Chiki bisa melihat kembali. Selain itu ia pun berkata bahwa ia punya jalan pintas agar Chiki tidak perlu berlama-lama mengekor induknya. Chiki awalnya tidak percaya begitu saja. Namun si musang terus saja mempengaruhinya. Chiki yang sangat dermawan tidak tega melihat musang kesusahan. Chikipun akhirnya terperdaya oleh si Musang.
Chiki keluar barisan dan mengikuti si Musang dengan riang gembira tanpa curiga sedikitpun. “Musang sebenarnya apa yang bisa aku bantu? Aku ingin bisa melihat. Masih jauhkah rumahku?” tanya Chiki penuh harap. “Hahahaha… Kamu fikir aku serius dengan ucapanku Chik?” Tanya musang meledek. Aku ini sudah dua hari tidak makan. Aku sangat lapar. Ini sudah aku sediakan bumbu untuk meracik kamu. Pasti rasanya sangat lezat. Seketika Chiki menangis kencang, berdoa penuh harap pada Allah SWT, semoga diberi keselamatan. Dan atas izin Allah SWT Chiki akhirnya selamat, ada seekor burung elang yang memangsa sang Musang dan membawanya hingga tinggi ke awan. Chiki senang sekaligus sedih, ia masih belum tahu harus kemana karena ia buta tidak tahu jalan pulang.
Ternyata tangisan Chiki tadi terdengar oleh induk ayam dan saudara-saudaranya yang lain. Mereka saling berpelukan dan menangis. Chiki merasa bersalah karena tidak mendengarkan perkataan ibunya. Ibunya pun memaafkan Chiki dan menyemangati Chiki bahwa ia walaupun buta tapi pasti punya kelebihan di sisi lainnya.
===
“Menulis bagiku adalah berbagi dengan cara menuangkan rasa yang ada. Rasa yang tercipta dalam dada, dalam penglihatan, dalam pendengaran, dalam penciuman, dalam sentuhan. Dengan membaca kamu menjadi tahu akan dunia, tapi dengan menulis kamu akan dikenal dunia”