Macet lagi …
Macet lagi …
Gara-gara Si Komo lewat …
*singing
Eh, jadi inget masa kecil. Ternyata kita sudah familiar dengan istilah
macet sejak dulu ya. Sejak jumlah penduduk belum sebanyak sekarang,
sejak pembangunan infrastruktur tidak semasif saat ini, juga sejak
kendaraan tidak sebanyak semut ketika bertemu gula. Hehe …
Belakangan ini Jakarta lagi enggak asyik banget buat tempat jalan-jalan.
Dimana-mana sedang ada proyek pembangunan MRT (Mass Rapid
Transit). Tahu kan MRT?Itu lho moda transportasi masal cepat. Efek pengerjaan ini adalah adanya pemangkasan jalur, yang semula 3 jalur karena sedang ada pengerjaan jalan
jadi tinggal 1 jalur. Kebayang kan macetnya seperti apa, apalagi di jam-jam sibuk.
Tapi, itu bukan satu-satunya biang keladi kemacetan di Jakarta. Jumlah
penduduk yang meningkat, kebutuhan mobilisasi individu yang tinggi, juga
pertumbuhan ekonomi yang baik turut menyumbang angka kemacetan di
Jakarta khususnya. Pertumbuhan ekonomi ini erat kaitannya dengan
peningkatan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan primer, sekunder,
hingga tersier.
Mobil atau motor sendiri awalnya adalah kebutuhan sekunder. Namun
seiring waktu melihat kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan untuk
naik transportasi umum dan alasan penghematan maka bagi sebagian orang
kendaraan bermotor kini berubah menjadi kebutuhan primer.
Dua tahun yang lalu saya pernah mengalami kemacetan parah. Masih ingat
betul kejadian di sabtu malam itu. Perjalanan dari bilangan Fatmawati ke Karang Tengah, Lebak Bulus memakan waktu hingga dua jam. Padahal normalnya
hanya 5 menit. Sejak saat itu kami enggan keluar hari sabtu terutama sore hingga malam hari. Entahlah, mungkin karena para pekerja yang liburnya sabtu-minggu, prefer berjalan-jalan di hari sabtu agar minggu bisa istirahat di rumah.
Memperhatikan kondisi lalu-lintas yang makin menggila di Jakarta,
rasa-rasanya kalau tidak ada keperluan lebih enak di rumah. Kalaupun
saya terpaksa harus keluar rumah, saya usahakan untuk tidak keluar di
jam macet. Memang ada waktu-waktu tidak macet di Jakarta? Hmm, yah
setidaknya lumayanlah untuk tidak terjebak macet yang parah.
Tips menghindari macet versi saya adalah …
- Kalau ada keperluan di pagi hari lebih baik keluar pagi sekalian. Misalkan selepas solat subuh langsung berangkat.
-
Kalau ada keperluan siang-sore hari, berangkatlah di waktu-waktu orang
kantor sudah mulai masuk, dan kembalilah sebelum arus pulang kantor
datang. Berangkat mulai jam 09.00 dan pulanglah maksimal jam 15.00.
- Kalau selesai acara malam, pulanglah malam sekalian. Sekitar jam 21.00, ini pun kadang beberapa ruas jalan masih macet.
- Kalau terpaksa harus berangkat dan pulang di waktu macet, gunakanlah transportasi umum seperti ojek online.
Sebetulnya kalau tidak macet kita bisa lho menjelajah Jakarta dari ujung
barat hingga timur, utara hingga selatan, bahkan dalam waktu satu hari.
Iya satu hari, karena memang sebenarnya di Jakarta itu kemana-mana dekat apalagi
sudah banyak tol dan jalan alternatif.
Aah, seandainya saja Jakarta tidak macet dan tumbuh menjadi kota
megapolitan yang memiliki moda transportasi yang aman, nyaman, bersih,
dan service excellent bukan tidak mungkin warganya justru lebih memilih
naik angkutan umum ketimbang kendaraan pribadi.
Sering kali ketika macet ide liar saya muncul. Kalau di film-film
mungkin akan ada satu awan putih cantik di atas kepala saya dengan
gambaran kota Jakarta yang hadir seperti cerita skenario saya. Penasaran
dengan apa skenario saya untuk Jakarta tercinta?
Jadi begini …
Seandainya saja tidak ada mobil yang berusia lebih dari 10 tahun
berkeliaran di Jakarta mungkin angka kemacetan bisa turun cukup
signifikan.
-
Kita bisa kerahkan petugas lantas untuk konsisten menjaring kendaraan
yang berusia lebih dari 10 tahun. Bila terjaring berikan sanksi tilang
untuk kemudian diproses di pengadilan untuk penjadwalan pemusnahan
mobil.
-
Whuat?? Mobil dimusnahkan begitu saja? Tenang … Impian saya sih jadi
saat membeli mobil kita dapat cash-back 3-5 juta ketika mobil
dimusnahkan, atau 1-2 juta untuk motor. Padahal sebetulnya cash-back
tersebut sudah dimasukkan dalam daftar harga saat beli kendaraan. Jadi
memang perlu ada kerjasama dengan pihak produsen mobil. Setiap pembelian
kendaraan sekian juta atau sekian % dimasukkan ke rekening yang
berwenang untuk kemudian tiba saatnya pemusnahan bisa diklaim oleh
customer.
- Bila lewat masa pemusnahan, maka cash-back tersebut hangus, demikian pula bila diajukan lebih cepat dari jadwal pemusnahan.
-
Dalam hal ini perlu ada perusahaan khusus yang menangani pemusnahan
kendaraan untuk bisa diolah menjadi barang yang lebih berguna. Adakan
tender bagi siapa yang bisa mengolah kendaraan menjadi barang lain yang
banyak manfaatnya bahkan bisa zero-waste maka perusahaan itulah yang
berhak memegang proyek ini.
-
Bagi mereka yang mungkin karena alasan kendaraannya penuh nilai sejarah
atau barang antik maka bisa saja tidak dimusnahkan dengan catatan
berikan pajak 4-5 kali lipat dan itupun hanya boleh keluar di hari
sabtu, minggu, atau hari libur nasional.
-
Hmm, orang jadi mikir-mikir ya mau beli mobil? Nanti perusahaan mobil
gak laku dong? Tenang, karena memang sebetulnya mobil adalah kebutuhan
sekunder maka hanya yang benar-benar butuh dan mampu yang memilikinya.
Saat ini banyak kita jumpai mobil jenis LCGC dibanderol dengan harga
mulai dari 100-200jutaan.Katakan saja 200juta yang sudah memenuhi
standar layak sebuah kendaraan roda empat. Bila mobil tersebut
dimusnahkan 10 tahun mendatang, itu artinya pembeli mengeluarkan
20juta/tahun atau 1.6juta perbulan untuk sebuah mobil. Bila harganya
dibawah 200juta tentu perhitungan perbulannya lebih murah lagi. Masih
cukup rasional bagi sebuah keluarga untuk memiliki mobil, namun cukup
membuat sebagian berpikir 2 hingga 3 kali untuk memiliki sebuah
kendaraan pribadi.Seandainya saja transportasi umum di Jakarta ramah-penumpang. Mungkin
akan banyak warga yang lebih memilih naik kendaraan umum ketimbang
kendaraan pribadi.
-
Keamanan adalah faktor utama yang membuat masyarakat memutuskan bersedia naik
kendaraan umum atau tidak. Maka, yakinkan masyarakat bahwa transportasi umum kita
aman dengan cara sediakan petugas keamanan di halte, terminal termasuk
di dalam kendaraan tersebut. Katakanlah 1 perugas untuk 3 gerbong kereta
atau 1 petugas di bus TransJakarta.Kalau kita lihat di mall-mall besar
akan ada petugas yang berjaga di dalam lift. Seperti itulah gambarannya.
Atau bila tidak memungkinkan, pasang CCTV atau penyadap suara di dalam
kendaraan. Jadi kita bisa tahu siapa penumpang yang naik-turun dan apa
yang mereka perbincangkan. Sisi positifnya warga menjadi lebih santun
dalam berucap. Nah, kalau di pesawat kita mengenal dengan black box.
Tidak hanya itu supir pun harus melalui tahap seleksi dan
bersertifikasi, supaya tidak ugal-ugalan dan mengerti etika berkendara
yang baik.
-
Setelah dipastikan aman, ternyata warga butuh kenyamanan, terutama bagi
wanita, ibu hamil, ibu dengan anak kecil, lansia, dan difabel.
Seringkali saya perhatikan kurangnya perhatian untuk kaum difabel, tangga
penyeberangan atau tangga menuju halte TransJakarta tidak tersedia jalur
difabel. Belum lagi penumpang yang merokok seenaknya, tanpa
memperhatikan bahwa ada anak kecil, ibu hamil, dan lansia di dekatnya.
Stop merokok di kendaraan umum!
-
Kebersihan juga sebetulnya masuk dalam kenyamanan. Cuma di sini saya
membayangkan seandainya di tiap pemberhentian baik itu halte, bus,
stasiun, disediakan petugas kebersihan, malah kalau bisa standby di
dalam kendaraan, mungkin bus itu tidak sekadar bersih tapi juga wangi.
-
Harapannya setiap angkutan umum memiliki perusahaan penanggung jawab.
Misalkan si angkot dikelola oleh perusahaan xyz, kopaja oleh pqr, dan
semacamnya. Sehingga apabila ada masalah memudahkan pengaduan dan
permintaan akan tanggung-jawabnya juga memiliki keseragaman standarisasi
kelayakan suatu transportasi umum. Sang supir bekerja secara
profesional dengan gaji yang cukup.
-
Untuk menghindari tarif yang menembak dengan alasan tidak ada kembalian
atau semacamnya, maka sistem pembayarannya menggunakan e-money seperti
yang sudah berjalan saat ini.
- Kalau itu semua berjalan dengan baik, insya Allah Jakarta bebas macet
dan kita bisa prediksi waktu tempuh perjalanan kita karena setiap
transportasi umum bjsa datang tiap 5-10 menit sekali.
Dukung Virtual office
individu dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diperlukan untuk
melaksanakan bisnis profesional atau pribadi tanpa memiliki “fisik” lokasi usaha.
- Sebetulnya tidak semua pekerjaan mengharuskan pegawainya datang ke kantor. Ada beberapa divisi atau pekerjaan yang memungkinkan tugasnya untuk dikerjakan dari rumah. Pegawai tetap bisa melaksanakan kewajibannya dengan baik dengan pantauan webcam sesuai jam kerja di kantor.
- Bagi perusahaan
- Bagi karyawan
- Bagi Lingkungan
- Bagi Pemerintah
#MenujuSmartCity
22 Comments. Leave new
Wah keren loh pemikirannya
Makasih mba. Mengenai pelaksanaanya tinggal tunggu ya semoga pemerintah berani bertindak. Pengen bangey liat Jakarta kaya kota-kota di negara maju. Jalanan lengang gitu.
Artikelnya bagus…
Terima kasih mba Dedeh 🙂
Bekerja dr rumah, jd bs dekat dg keluarga. Ide bagus
Iya mba, harapan para pekerja yang berstatus sebagai ibu. Sering banget denger keluhan temen2 sulit pumping di kantor, malah ada yg sampe ngumpet2 di kolong meja, kasian hiks2…
macet memang selalu menjadi momok bagi orang yang tinggal di kota besar, semoga jakarta akan lebih baik di tahun-tahun mendatang
Aamiin. Harapan kita semua sebetulnya untuk Indonesia, karena denger-denger temen di daerah kotanya juga akrab sama kemacetan.
keren banget mba kita yang satu ini.
Hihi, semua orang bisa mencetuskan ide mba. Yang sulit adalah mengeksekusi ide tersebut. Semoga ya bisa terealisasi
Ide keren mbak.
Paling suka dengan ide virtual office nih.
Hihiii ibu-ibu pada setuju yaa, entah bagaimana kalau yang masih jomblo, qiqiqiqi..
Semoga terlaksana dan lancar
Aamiin, semoga ya mba… 🙂
Semoga ya mba.. Btw, tips yang mana nih? Tips keluar rumah kah untuk menghindari kemacetan? 😀
Tips anti macetnya bener bangeeet.
Warga Jakarta juga ya mba, qiqiqi..
Bener bun. Kalo mu berangkat jangan pas jam kerja. Soalnya ketika kita telat pergi sedikit ajan di jakarta mah udah mcet bgt ya jdinya ��
Hihii.. iya Bun. Apalagi rumahku dipinggir jalan. Sering banget ngalamin keluar rumah langsung macet.
Keren banget, Mbak. Saya suka semuanya. Mulai penyempaian masalah, pembahasan sampai ide dan infografisnya. Kece
Makasiih mba Damar. Ya ampuun terharu dirikuh, blog ini dibaca sama mastah blogger… :*
Wah ide yg keren mak dwi