Di
balik layar pentas berwarna merah itu, tampak Penguin dan Unta yang sedang
menanti giliran untuk tampil. Tawa riuh penonton sama sekali tidak memengaruhi
suasana hati sang Penguin. Penguin yang hanya diam tertunduk lesu, sangat
mengusik perhatian Unta. Unta pun memberanikan diri bertanya kepada Penguin.
balik layar pentas berwarna merah itu, tampak Penguin dan Unta yang sedang
menanti giliran untuk tampil. Tawa riuh penonton sama sekali tidak memengaruhi
suasana hati sang Penguin. Penguin yang hanya diam tertunduk lesu, sangat
mengusik perhatian Unta. Unta pun memberanikan diri bertanya kepada Penguin.
“Hai,
Penguin! Mengapa kamu bersedih? Tidak mengerti kah kau sebentar lagi kita akan
tampil?” Tanya seekor Unta penuh perhatian.
Penguin! Mengapa kamu bersedih? Tidak mengerti kah kau sebentar lagi kita akan
tampil?” Tanya seekor Unta penuh perhatian.
“Lihatlah
hampir seluruh kursi sudah diisi oleh penonton. Bahkan kursi barisan depan
sudah terisi oleh pejabat penting di kota ini. Berbagai media besar sudah siap
meliput aksi kita. Ayolah semangat Penguin! Sebentar lagi wajah kita akan masuk
di halaman depan sebuah surat kabar ternama. Woow!” Teriak Unta memberi
semangat kepada Penguin.
hampir seluruh kursi sudah diisi oleh penonton. Bahkan kursi barisan depan
sudah terisi oleh pejabat penting di kota ini. Berbagai media besar sudah siap
meliput aksi kita. Ayolah semangat Penguin! Sebentar lagi wajah kita akan masuk
di halaman depan sebuah surat kabar ternama. Woow!” Teriak Unta memberi
semangat kepada Penguin.
Namun
di luar dugaan, tangis Penguin malah makin meledak. Unta terkejut. Ia khawatir
perkataannya justru menambah sakit hati Penguin.
di luar dugaan, tangis Penguin malah makin meledak. Unta terkejut. Ia khawatir
perkataannya justru menambah sakit hati Penguin.
“O’ow
… Maafkan aku Penguin, apakah ada yang salah dengan perkataanku?” Tanya
Unta cemas.
… Maafkan aku Penguin, apakah ada yang salah dengan perkataanku?” Tanya
Unta cemas.
“Unta,
tidak sadarkah kau tempat kita seharusnya bukan di sini?” Tanya Penguin
dengan penuh marah.
tidak sadarkah kau tempat kita seharusnya bukan di sini?” Tanya Penguin
dengan penuh marah.
“Aku
kangen ayah dan ibuku. Aku dipisahkan dari mereka sejak kecil. Kamu
mengertikan, sulitnya aku bertahan dalam cuaca ekstrem seperti ini? Aku tidak
peduli mereka semua bilang aku manja.” Tunjuk penguin terhadap beberapa
pelatih sirkus yang sedang memberi arahan kepada seekor Harimau.
kangen ayah dan ibuku. Aku dipisahkan dari mereka sejak kecil. Kamu
mengertikan, sulitnya aku bertahan dalam cuaca ekstrem seperti ini? Aku tidak
peduli mereka semua bilang aku manja.” Tunjuk penguin terhadap beberapa
pelatih sirkus yang sedang memberi arahan kepada seekor Harimau.
“Aku
tak bisa hidup lama-lama seperti ini. Air dingin buatan ini sungguh menyiksaku.
Ini masih jauh dari kata layak sebagai habitat baruku. Aku kangen kampung
halamanku. Dengar ceritaku ini ya. Dulu aku sangat bahagia hidup dan bermain
bersama teman-temanku dalam kondisi yang menurut kalian sangat dingin. Hamparan
es putih terbentang sejauh mata memandang. Aku tidak pernah merasakan panas
yang begitu menyilaukan mata di siang hari. Aku bisa bermain, makan, tidur
kapanpun aku mau. Tidak ada yang memaksaku harus begini dan begitu. Tidak kah
mereka merasakan penderitaanku?”
tak bisa hidup lama-lama seperti ini. Air dingin buatan ini sungguh menyiksaku.
Ini masih jauh dari kata layak sebagai habitat baruku. Aku kangen kampung
halamanku. Dengar ceritaku ini ya. Dulu aku sangat bahagia hidup dan bermain
bersama teman-temanku dalam kondisi yang menurut kalian sangat dingin. Hamparan
es putih terbentang sejauh mata memandang. Aku tidak pernah merasakan panas
yang begitu menyilaukan mata di siang hari. Aku bisa bermain, makan, tidur
kapanpun aku mau. Tidak ada yang memaksaku harus begini dan begitu. Tidak kah
mereka merasakan penderitaanku?”
“Sabarlah
Penguin sayang. Aku pun merasakan hal yang sama denganmu. Kamu tahu dimana
harusnya aku berada?” Tanya Unta .
Penguin sayang. Aku pun merasakan hal yang sama denganmu. Kamu tahu dimana
harusnya aku berada?” Tanya Unta .
Penguin pun menggeleng dengan tatapan nanar
sambil melihat Unta. “Dimana kah unta?”
sambil melihat Unta. “Dimana kah unta?”
“Aku
seharusnya hidup di padang pasir. Aku kebalikan darimu. Aku justru mampu hidup
di temperatur udara yang dapat membunuh mayoritas makhluk hidup. Ooh Penguin
aku jadi kangen juga dengan kampung halamanku. Apalagi saat musim haji tiba.
Aah rasanya syahdu sekali, melihat manusia dari penjuru dunia datang untuk
beribadah ke tanah suci. Tidak sedikit dari mereka ingin berfoto denganku.”
seharusnya hidup di padang pasir. Aku kebalikan darimu. Aku justru mampu hidup
di temperatur udara yang dapat membunuh mayoritas makhluk hidup. Ooh Penguin
aku jadi kangen juga dengan kampung halamanku. Apalagi saat musim haji tiba.
Aah rasanya syahdu sekali, melihat manusia dari penjuru dunia datang untuk
beribadah ke tanah suci. Tidak sedikit dari mereka ingin berfoto denganku.”
“Aah
kamu narsis sekali Unta, hahaha ….” Tawa riuh Unta dan Penguin di sela-sela
kegalauan mereka.
kamu narsis sekali Unta, hahaha ….” Tawa riuh Unta dan Penguin di sela-sela
kegalauan mereka.
“Hhhh
… Aku kesal dengan diriku sendiri yang tidak mampu berbuat banyak bahkan
untuk menolong diriku sendiri. Bagaimana ya Unta cara kita bisa kembali ke
kampung halaman kita?”
… Aku kesal dengan diriku sendiri yang tidak mampu berbuat banyak bahkan
untuk menolong diriku sendiri. Bagaimana ya Unta cara kita bisa kembali ke
kampung halaman kita?”
“Hmm
…” Sejenak Unta dan Penguin berfikir. Tiba-tiba dengan sedikit teriak sebagai
tanda ditemukannya ide brilian Unta membisikkan sesuatu kepada Penguin. Penguin
pun mendekat. Penguin tampak sangat senang. Walaupun cara ini belum tentu
berhasil setidaknya mereka sudah mencoba menyuarakan isi hatinya.
…” Sejenak Unta dan Penguin berfikir. Tiba-tiba dengan sedikit teriak sebagai
tanda ditemukannya ide brilian Unta membisikkan sesuatu kepada Penguin. Penguin
pun mendekat. Penguin tampak sangat senang. Walaupun cara ini belum tentu
berhasil setidaknya mereka sudah mencoba menyuarakan isi hatinya.
“Penguin,
sekarang giliranmu tampil. Semangat! Demi kembali ke kampung halaman.”
sekarang giliranmu tampil. Semangat! Demi kembali ke kampung halaman.”
“Iya
Unta, doakan aku ya!”
Unta, doakan aku ya!”
Dengan
semangat menggebu-gebu Penguin pun tampil. Dengan lincahnya ia berenang dan
kembali ke atas, berkali-kali ia lakukan itu dengan semangat. Saat akan lompat
kembali ke air, Penguin terpeleset, ia tergolek di lantai tak berdaya. Dua
pukulan keras pun diterimanya sebagai tanda untuk kembali tampil. Namun Penguin
tetap tak bergeming.
semangat menggebu-gebu Penguin pun tampil. Dengan lincahnya ia berenang dan
kembali ke atas, berkali-kali ia lakukan itu dengan semangat. Saat akan lompat
kembali ke air, Penguin terpeleset, ia tergolek di lantai tak berdaya. Dua
pukulan keras pun diterimanya sebagai tanda untuk kembali tampil. Namun Penguin
tetap tak bergeming.
Tiba-tiba
suasana menjadi kacau. Penonton banyak yang kecewa. Kejadian ini sungguh diluar
dugaan. Beberapa media meliput kejadian ini sebagai suatu masalah yang besar.
Berbagai asumsi pun terus bergulir. Ternyata keadaan ini membuat para pejabat
dan media membuka mata atas apa yang sudah terjadi terhadap Penguin dan
kawan-kawannya.
suasana menjadi kacau. Penonton banyak yang kecewa. Kejadian ini sungguh diluar
dugaan. Beberapa media meliput kejadian ini sebagai suatu masalah yang besar.
Berbagai asumsi pun terus bergulir. Ternyata keadaan ini membuat para pejabat
dan media membuka mata atas apa yang sudah terjadi terhadap Penguin dan
kawan-kawannya.
Bersyukur,
Penguin dan teman-temannya kini dirawat oleh sebuah komunitas pecinta binatang.
Setelah pulih mereka semua akan dikembalikan ke habitat aslinya. Sementara sang
pemilik sirkus kini harus melalui pemeriksaan oleh yang berwajib terkait hal
ini.
Penguin dan teman-temannya kini dirawat oleh sebuah komunitas pecinta binatang.
Setelah pulih mereka semua akan dikembalikan ke habitat aslinya. Sementara sang
pemilik sirkus kini harus melalui pemeriksaan oleh yang berwajib terkait hal
ini.
===
Cerita ini diikutsertakan dalam program #1minggu1cerita, demi menjaga konsistensi dalam dunia kepenulisan.
3 Comments. Leave new
Ah. Sedih ya 🙁 Karena itu juga sirkus yang menampilkan binatang dijauhi dan ditentang orang saat ini.
Salam kenal,
Salam kenal juga 🙂
Iya mau gimana lagi. kasihan juga sih melihat binatang-binatang diperlakukan seperti itu demi memenuhi kepuasan manusia yang gak pernah puas.
huaaa.. justru ini saking minimnya ide kakaaa… 🙂